Pandawa
Putra Petir (The Sons of Thunder) adalah julukan yang tersemat kepada lima putra bangsa yang
siap Mobil Listrik Nasioanal. Ke-lima orang ini merupakan hasil seleksi dari
lebih seribu orang yang mendukung lahirnya mobil listrik nasional. Dan lima
orang inilah yang memenuhi tiga syarat utama sekaligus: kemampuan
akademik, pengalaman industri, dan passion untuk mewujudkannya.
Pertama : Dasep Ahmadi, seorang engineer lulusan ITB dan pendidikan luar negeri sudah
lama berada di industri mobil. Kini Dasep Ahmadi mampu memproduksi mesin
presisi dan berhasil mengekspornya. Kalau sudah bisa membuat mesin
presisi, semua mesin menjadi mudah baginya. Dasep Ahmadi kini lagi
menyelesaikan tiga prototipe city electric car. Sudah hampir jadi.
Sebulan lagi sudah bisa dikendarai. Bentuknya yang sudah kelihatan,
mirip Avanza. Sudah dua kali saya mengunjungi workshopnya.
Kedua : Danet Suryatama, seorang engineer lulusan ITS dengan gelar doktor dari
Michigan USA, sudah lebih 10 tahun menjadi engineer di pabrik mobil AS.
Saat pertemuan dengan Presiden SBY itu Danet Suryatama baru tiba dari USA. Masih
belum mandi. Hampir saja tidak sempat hadir. Pesawatnya dari AS
terlambat berangkat.
Saya sudah sekali mengunjungi workshop di Jogja yang akan mengerjakan
mobil listriknya. Danet menyiapkan prototipe mobil listrik kelas mewah.
“Agar jangan ada anggapan mobil listrik itu ecek-ecek,” katanya. Desain
mobilnya, yang hanya boleh ditayangkan amat sekilas, membuat penggemar
Ferari bisa iri. Dua bulan lagi mobil ini jadi.
Danet sudah siap pulang ke tanah air untuk mengabdikan diri bagi
bangsa sendiri. Sudah 20 tahun dia berkarya untuk Amerika. Kini, ibunya
yang kelahiran Pacitan, Jatim seperti memanggilnya pulang.
Ketiga : Ravi Desai, lahir dan lulusan Gujarat. Ravi ahli dalam energi dan
menekuni konversi energi. Ravi kini menyelesaikan konversi mobil lama
yang ingin diubah menjadi mobil listrik. Saat meninjau proyeknya di
Serpong minggu lalu, saya lihat ada dua sedan Timor di situ. Timor
itulah yang dicopot mesinnya diganti motor listrik. Dua bulan lagi Timor
baru itu sudah bisa meluncur di jalan raya.
Keempat : Mario Rivaldi, spesialis sepeda motor listrik. Lulusan Inggris dan
Jerman yang pernah di ITB ini bukan baru membuat, tapi sudah membuat.
Bahkan sepeda motornya sudah lolos uji sertifikasi dan sudah dipatenkan.
Mario tidak mau karyanya ini disamakan dengan motor listrik dari
Tiongkok yang kini beredar di Indonesia. Kelas motornya yang akan diberi
merek Abyor itu jauh di atas yang ada.
Tentu karya keempat engineer itu tidak akan bisa disebut mobil listrik nasional kalau komponen buatan dalam negerinya tidak memadai. Itulah sebabnya diperlukan si bungsu dari Pendawa:
Tentu karya keempat engineer itu tidak akan bisa disebut mobil listrik nasional kalau komponen buatan dalam negerinya tidak memadai. Itulah sebabnya diperlukan si bungsu dari Pendawa:
Kelima : Mr X (karena masih dirahasiakan) umurnya masih sangat muda (termuda di antara sang Pandawa)
tapi namanya masih harus dirahasiakan. Waktu diminta oleh Bapak
Presiden SBY untuk bicara, dia juga hanya bicara seperlunya.
Anak Padang ini ahli membuat komponen motor. Dia sudah punya belasan
paten motor di luar negeri. Dia juga bersedia pulang. Untuk menjadi
pelopor industri komponen motor di dalam negeri. Sudah 14 tahun dia di
negara maju, kini saatnya dia kembali. Semangatnya untuk mengabdi pada
bangsa sendiri ternyata begitu tinggi.
“Dalam satu mobil,” kata sang Sadewa ini, “diperlukan 150 motor”.
Kalau satu juta mobil diperlukan 150 juta motor. Semuanya impor. Satu
pabrik gula besar bisa memerlukan 1.000 motor. Apa saja, memerlukan
motor. Tapi kita belum bisa membuatnya.
Sadewa dari Sumbar inilah yang akan mengubahnya. Kini dia sedang
membentuk tim yang kuat. Dia akan keliling perguruan tinggi mencari
tenaga yang handal untuk menjadi timnya. Dalam tiga bulan ke depan
prototipe motornya akan lahir di Bandung. Tentu Sadewa akan
memprioritaskan motor untuk mobil listrik nasional lebih dulu.
Sumber : Dahlan Iskan
0 Komentar untuk "Siapa Saja Pandawa Putra Petir???"